Desain Rumah Bambu Modern
10/02/2012
“Rumah Bambu”. Begitulah
rumah tinggal ini sering disebut karena unsur bambu sebagai unsur
dekoratif melainkan juga sebagai material utama dalam struktur bangunan.
Bambu memiliki kekuatan dan elastisitas yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai bahan bangunan pengganti kayu maupun baja.
Konsep Massa Bangunan
Perencanaan dan perancangan rumah tinggal
ini berawal dari konsep keluarga dan jumlah anggota keluarga. Massa
bangunan dibagi menjadi tiga area. Area pertama adalah massa bangunan
Timur untuk area orang tua, bersifat privat. Area kedua adalah bale-bale
bambu terbuka di tengah lahan untuk area bersama, bersifat publik. Area
ketiga adalah massa bangunan Barat untuk area anak-anak, bersifat
semiprivat. Konsep dari bentuk fisik dan tata letak massa bangunannya
sendiri disesuaikan dengan keberadaan 9 pohon cengkeh yang sudah berada
di lahan tersebut sebelum dimulainya proses konstruksi bangunan. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya konsep bangunan ramping. Perwujudannya
adalah massa bangunan dibuat dengan dengan sistem modular dengan jarak
antar kolom sebesar 3.5 sampai dengan 4 meter yang diletakkan diantara
pohon cengkeh yang tumbuh subur dan masih produktif.
Massa bangunan Timur dan massa bangunan
Barat masing-masing berdiri sendiri. Semua ruangan tidur berada di
lantai atas setiap massa bangunan agar privasinya lebih terjaga. Lantai
dasar terdiri dari ruang tidur tamu, ruang makan dan pantri, dapur besar
serta musala. Untuk lantai dasar, kedua massa bangunan dihubungkan oleh
bale-bale bambu terbuka yang merupakan pusat dari rumah tinggal ini. Bale-bale ini cukup luas yaitu 50 m2 dan
didesain tanpa dinding dan pintu sehingga terbuka bebas menghadap ke
bagian depan rumah dan ke bagian belakang rumah. Bale-bale bambu dan
jembatan bambu menggunakan batangan bambu utuh sebagai lantai. Baloknya
menggunakan teknik baut.
Untuk lantai atas, kedua massa bangunan
dihubungkan oleh jembatan bambu yang juga didesain terbuka. Jembatan ini
tepat berada di atas bale-bale bambu sehingga sekaligus berfungsi sebagai atap bagi bale-bale
tersebut. Jembatan ini rencananya akan diberi penutup atap dengan
struktur tenda. Ruang terbuka ini didesain agar terjalin hubungan dan
keselarasan antara ruang dalam dan ruang luar.
Akhirnya kita dapat melihat keinginan perancang sekaligus pemilik rumah ini yang berusaha untuk menerapkan konsep green architecture
melalui konsep daur ulang, penghormatan terhadap keberadaan eksisting
pohon cengkeh, pemakaian material bambu secara inovasi yang
diitegrasikan dengan penggunaan material bekas telah menghasilkan sebuah
karya arsitektur dan ramah lingkungan yang patut kita apresiasi
bersama.
Eksplorasi Bambu dan Pemanfaatan Material Bekas Pada Bangunan
Bambu
adalah material utama yang dieksplorasi rumah tinggal ini. Mengapa
bambu? Bambu dipilih karena pemilik rumah ingin menggunakan material
yang tidak banyak membutuhkan energi dalam pelaksanaannya. Di samping
itu sekaligus berfungsi juga sebagai alat untuk mensosialisasikan
kemungkinan jenis material alami lain selain kayu untuk bahan bangunan.
Tidak seperti pohon kayu yang sekali tebang habis, bambu dapat dipanen
setiap 3 tahun sekali dan terus menerus tumbuh selama akaranya tidak
ikut dirusak, sehingga bambu dapat cepat diperbaharui, renewable and suistenable material.
Bambu sangat mudah diperoleh, terdapat hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Dari segi biaya, bambu lebih murah sedangkan dari segi
pelaksanaannya, bambu juga mudah diolah menjadi berbagaijenis bahan
bangunan.
Bambu yang digunakan pada rumah tinggal
inididapat dari daerah Parongpong, Lembang, Ciwidey dan sekitarnya.
Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali/apus, bambu temen, bambu
petung dan bambu gombong. Sebelum digunakan sebagai bahan bangunan,
furnitur maupun elemen estetis, bambu terlebih dahulu dibawa ke workshop
untuk diproses terlebih dahulu. Bambu diawetkan dengan cara perendaman
dengan campuran 5 % bahan kimia dan 95 % air selama 14 hari, kemudian
dikeringkan. Sebagian besar, bambu diolah menjadi bahan bangunan yang
dikerjakan langsung di lokasi bangunan. Namun ada juga yang diproses
terlebih dahulu di workshop yaitu untuk pembuatan panel lantai bambu dan
anyaman gedek bambu.
Aplikasi struktur bambu pada rumah
tinggal ini bermacam-macam. Massa bangunan Timur dan massa bangunan
Barat menggunakan bambu hanya sebagai struktur utama maupun sebagai
dinding pengisi. Bambu gombong atau bambu petung berdiameter 10 – 12 cm
dimasukkan ke dalam kolom struktur, kemudian diberi tulangan besi dan
dicor beton. Bambu ini dapat mengurangi jumlah cor beton sampai 50 %
nya. Teknik ini disebut bamboocrete. Bambu berbentuk anyaman
digunakan pada sebagian dinding sebagai pengganti bata atau batako.
Anyaman bambu tersebut dilapisi kedua sisinya oleh ram kawat berbentuk “honey”, kemudian diplester dengan finishing kamprot atau acian biasa. Teknik ini disebut plastered bamboo wall yang dapat menghemat biaya dari Rp95.000,00/m2 menjadi Rp72.000,00/m2
dibandingkan dengan dinding batu bata konvensional. Bambu juga
digunakan sebagai bahan penutup lantai. Batang-batang bambu dipotong
kecil-kecil, kemudian direkatkan satu sama lain sehingga membentuk
sebuah panel, disebut laminated bamboo floor.
Selain menggunakan bambu sebagai material utama, rumah ini juga menerapkan konsep recycled materials
dengan cara menggunakan material-material bekas yang banyak dijual di
pinggiran jalan kota Bandung akibat dari banyaknya bongkaran rumah-rumah
jaman Belanda yang dihancurkan oleh pemiliknya untuk diganti dengan
bangunan baru. Material bekas yang digunakan di rumah ini adalah balok
dan papan rasamala, multiplek, genteng plentong, tulangan besi berbagai
ukuran, bongkaran kaca dan sebagainya. Penggunaan material-material
bekas ini selain untuk mengurangi limbah terhadap lingkungan juga dapat
menghemat total biaya pembangunan sampai 30 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar